BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Di dalam
pembahasan masalah Didaktik tidak dapat dipisahkan dengan pembahasan masalah
pendidikan dan pengajaran. Sebab didaktik merupakan bagian dari proses
pendidikan dan pengajaran.
Menurut
pengertian baru, didaktik diartikan sebagai ilmu yang memberi uraian tentang
kegiatan proses mengajar yang menimbulkan proses belajar. Dari sudut pandang
ini, didaktik mengandung dua macam kegiatan yakni kegiatan mengajar dan
kegiatan belajar. Baik murid maupun guru, kedua-duanya aktif sehingga terwujud
kegiatan mengajar dan kegiatan belajar bersama-sama. Agar proses belajar
mengajar dimaksud membuahkan hasil yang diharapkan, baik murid maupun guru
perlu memiliki sikap, kemampuan dan ketrampilan yang mendukung proses belajar
mengajar itu.
Prinsip-prinsip
dalam aktivitas mengajar disebut juga dengan azas-azas didaktik. Azas-azas
didaktik tidak berdiri sendiri malainkan merupakan satu kesatuan yang saling
berhubungan, saling isi mengisi dan saling melengkapi satu sama lain.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
1. Azas Azas Didaktif dan Penerapannya
1.3 SISTEMATIKA
PENYUSUNAN
Makalah ini di susun dengan sistematika sebagai
berikut :
Halaman judul
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
latar belakang
1.2
rumusan masalah
1.3
sistematika penyusunan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 azas apersepsi
2.2 azas peragaan
BAB III PENUTUP
3.1 kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA.
BAB
II
PEMBAHASAN
Didaktik berasal dari bahasa
Yunani " DIDESKEIN “ yang berarti pengajaran dan “ DIDAKTIKOS “ berarti
pandai mengajar adalah bagian dari pedagogic. Dengan demikian didaktik adalah
ilmu mengajar yang memberikan prinsip-prinsip tentang cara-cara menyampaikan
bahan pelajaran sehingga dikuasai dan dimiliki oleh siswa. Azas-azas didaktik pada umumnya meliputi apersepsi,
peragaan, motivasi, belajar aktif, aktivitas, ulangan, korelasi, konsentrasi,
individualisasi, sosialisasi, dan evaluasi. Pada makalah pertama akan di bahas
tentang azas apersepsi dan peragaan
.
2.1. Azas Apersepsi
Proses
belajar tidak dapat dipisahkan peristiwa-peristiwanya antara individu dengan
lingkungan pengalaman murid, maka sebelum memulai pelajaran yang baru sebagai
batu loncatan, guru hendaknya berusaha menghubungkan terlebih dahulu dengan
bahan pelajarannya yang telah dikuasai oleh murid-murid berupa pengetahuan yang
telah diketahui dari pelajaran yang lalu atau dari pengalaman. Inilah yang
dimaksud dengan apersepsi. Jadi dengan kata lain apersepsi adalah suatu gejala
jiwa yang dialami apabila kesan baru masuk ke dalam kesadaran seseorang dan
berjalin dengan kesan-kesan lama yang sudah dimiliki disertai proses pengolahan
sehingga menjadi kesan yang lebih luas. Azas ini penting pula artinya dalam
usaha menghubungkan bahan pelajaran yang akan diberikan dengan apa yang telah
dikenal anak.
2.2. Azas Peragaan
Yang
dimaksud peragaan adalah memberikan variasi dalam cara-cara guru mengajar
dengan mewujudkan bahan yang diajarkan secara nyata baik dalam bentuk benda
aslinya maupun tiruan sehingga murid-murid dapat mengamati dengan jelas dan
pengajaran lebih tertuju untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Ada pepatah yang mengatakan :
@ Saya dengar , saya lupa
@ Saya lihat , saya tahu
@ Saya kerjakan , saya mengerti
Konsep akan mudah dipahami jika siswa aktif memanipulasi benda kongkrit
dan semi kongkrit sebagai representasi dari konsep yang abstrak
Lebih lanjut sebagai jenis kegiatan dalam pembelajaran. Sebagian jenis
kegiatan dalam pembelajaran yang menerapkan azas peragaan dapat diwujudkan
dalam berbagai kegiatan yaitu :
a.
Pengalaman Langsung
Anak
diminta untuk mengalami, berbuat sendiri dan mengelola, merenungkan apa yang
dikerjakan.
b.
Pengalaman yang Di Atur
Jika realitas terlalu besar atau kecil atau tidak ada ditempat maka
realitas itu dapat diperagakan dengan model.
c.
Dramatisasi
Misalnya :
sandiwara, permainan peran, pantonim, dan sandiwara boneka.
d.
Demontrasi
Biasanya dilakukan dengan menggunakan alat-alat pembantu seperti papan
tulis, papan plannel, dan lain-lain. Banyak topik yang dapat diangkat dalam pembelajaran disekolah dan dapat
diajarkan dengan peragaan demonstrasi.
e
Karyawisata
Kegiatan
ini sebenarnya sangat baik untuk menjadikan proses pembelajaran yang disenangi
siswa.Kegiatan yang diprogramkan dengan melibatkan penerapan konsep budaya
dalam kesenian ,mengukur tinggi secara langsung ,mengukur lebar sungai ,mendata
kecenderungan kejadian dan realitas yang ada pada lingkungan merupakan kegiatan
yang sangat menarik dan bermakna pada siswa.
f. Televisi
Program
pembelajaran yang disiarkan melalui televisi juga alternatif pembelajaran
secara umum.
g. Film
sebagai alat peraga
h. Gambar
sebagai alat peraga
Dan masih
bayak variasi peragaan yang belum disebutkan dalam pembahasan ini yang mungkin
kita akan temukan lagi,
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
1. Berdasarkan
paparan di atas apersepsi memiliki
kaitan yang erat di dalam proses pembelajaran. Apersepsi harus dilakukan oleh
guru ketika ingin mengajarkan materi. Dengan adanya apersepsi maka dapat
memberikan dasar awal siswa untuk mempelajari materi yang baru, dengan demikian
maka apersepsi dapat memberikan kemudahan siswa dalam belajar. Proses belajar
tidak dapat dipisahkan peristiwa-peristiwanya antara individu dengan lingkungan
pengalaman murid, maka sebelum memulai pelajaran yang baru sebagai batu
loncatan, guru hendaknya berusaha menghubungkan terlebih dahulu dengan bahan
pelajarannya yang telah dikuasai oleh murid-murid berupa pengetahuan yang telah
diketahui dari pelajaran yang lalu atau dari pengalaman.
2. peragaan
adalah memberikan variasi dalam cara-cara guru mengajar dengan mewujudkan bahan
yang diajarkan secara nyata baik dalam bentuk benda aslinya maupun tiruan
sehingga murid-murid dapat mengamati dengan jelas dan pengajaran lebih tertuju
untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Demikianlah
azas azas didaktik yang harus dikuasai oleh guru dalam menyampaikan bahan
pelajaran sehingga mudah dikuasai dan dimiliki murid.
Namun
perlu diingat, penguasaan azas-azas didaktik belum merupakan suatu jaminan
bahwa seseorang dengan sendirinya akan menjadi guru yang baik. Proses mengajar
sangat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor antara lain: pribadi
guru sendiri, suasana kelas, hubungan antar individu di sekolah, kebijaksanaan
sosial ekonomi pemerintah, organisasi kurikulum dan lain sebagainya.
Sekalipun demikian seseorang
hampir dapat dipastikan tidak akan menjadi guru yang baik tanpa mengindahkan
azas-azas didaktik, itulah sebabnya didaktik perlu dipelajari dan dikuasai oleh
setiap guru.
DAFATAR PUSTAKA
1.
kkginti3.blogspot.com,(azas-azas-didaktik),
02-2011.
2.
iwan-kps.blogspot.com
atu
BalasHapus