Senin, 11 Juni 2012

dedaktif


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Di dalam pembahasan masalah Didaktik tidak dapat dipisahkan dengan pembahasan masalah pendidikan dan pengajaran. Sebab didaktik merupakan bagian dari proses pendidikan dan pengajaran.
Menurut pengertian baru, didaktik diartikan sebagai ilmu yang memberi uraian tentang kegiatan proses mengajar yang menimbulkan proses belajar. Dari sudut pandang ini, didaktik mengandung dua macam kegiatan yakni kegiatan mengajar dan kegiatan belajar. Baik murid maupun guru, kedua-duanya aktif sehingga terwujud kegiatan mengajar dan kegiatan belajar bersama-sama. Agar proses belajar mengajar dimaksud membuahkan hasil yang diharapkan, baik murid maupun guru perlu memiliki sikap, kemampuan dan ketrampilan yang mendukung proses belajar mengajar itu.
Prinsip-prinsip dalam aktivitas mengajar disebut juga dengan azas-azas didaktik. Azas-azas didaktik tidak berdiri sendiri malainkan merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan, saling isi mengisi dan saling melengkapi satu sama lain.

1.2  RUMUSAN MASALAH
1. Azas Azas Didaktif  dan Penerapannya
1.3  SISTEMATIKA PENYUSUNAN
Makalah ini di susun dengan sistematika sebagai berikut :
Halaman judul                      
Kata  pengantar                   
Daftar isi                   
BAB I PENDAHULUAN
1.1 latar belakang                 
1.2 rumusan masalah           
1.3 sistematika penyusunan 
BAB II PEMBAHASAN
2.1 azas apersepsi       
2.2 azas peragaan
BAB III PENUTUP
3.1 kesimpulan           
DAFTAR PUSTAKA.        

BAB II
PEMBAHASAN
 Didaktik berasal dari bahasa Yunani " DIDESKEIN “ yang berarti pengajaran dan “ DIDAKTIKOS “ berarti pandai mengajar adalah bagian dari pedagogic. Dengan demikian didaktik adalah ilmu mengajar yang memberikan prinsip-prinsip tentang cara-cara menyampaikan bahan pelajaran sehingga dikuasai dan dimiliki oleh siswa. Azas-azas didaktik pada umumnya meliputi apersepsi, peragaan, motivasi, belajar aktif, aktivitas, ulangan, korelasi, konsentrasi, individualisasi, sosialisasi, dan evaluasi. Pada makalah pertama akan di bahas tentang azas apersepsi dan peragaan
.



2.1. Azas Apersepsi

Proses belajar tidak dapat dipisahkan peristiwa-peristiwanya antara individu dengan lingkungan pengalaman murid, maka sebelum memulai pelajaran yang baru sebagai batu loncatan, guru hendaknya berusaha menghubungkan terlebih dahulu dengan bahan pelajarannya yang telah dikuasai oleh murid-murid berupa pengetahuan yang telah diketahui dari pelajaran yang lalu atau dari pengalaman. Inilah yang dimaksud dengan apersepsi. Jadi dengan kata lain apersepsi adalah suatu gejala jiwa yang dialami apabila kesan baru masuk ke dalam kesadaran seseorang dan berjalin dengan kesan-kesan lama yang sudah dimiliki disertai proses pengolahan sehingga menjadi kesan yang lebih luas. Azas ini penting pula artinya dalam usaha menghubungkan bahan pelajaran yang akan diberikan dengan apa yang telah dikenal anak.

2.2. Azas Peragaan
Yang dimaksud peragaan adalah memberikan variasi dalam cara-cara guru mengajar dengan mewujudkan bahan yang diajarkan secara nyata baik dalam bentuk benda aslinya maupun tiruan sehingga murid-murid dapat mengamati dengan jelas dan pengajaran lebih tertuju untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Ada pepatah yang mengatakan :
@ Saya dengar , saya lupa
@ Saya lihat , saya tahu
@ Saya kerjakan , saya mengerti
Konsep akan mudah dipahami jika siswa aktif memanipulasi benda kongkrit dan semi kongkrit sebagai representasi dari konsep yang abstrak
Lebih lanjut sebagai jenis kegiatan dalam pembelajaran. Sebagian jenis kegiatan dalam pembelajaran yang menerapkan azas peragaan dapat diwujudkan dalam berbagai kegiatan yaitu :
a. Pengalaman Langsung
Anak diminta untuk mengalami, berbuat sendiri dan mengelola, merenungkan apa yang dikerjakan.
b. Pengalaman yang Di Atur
Jika realitas terlalu besar atau kecil atau tidak ada ditempat maka realitas itu dapat diperagakan dengan model.
c. Dramatisasi
Misalnya : sandiwara, permainan peran, pantonim, dan sandiwara boneka.
d. Demontrasi
Biasanya dilakukan dengan menggunakan alat-alat pembantu seperti papan tulis, papan plannel,  dan lain-lain. Banyak topik yang dapat diangkat dalam pembelajaran disekolah dan dapat diajarkan dengan peragaan demonstrasi.
e Karyawisata
Kegiatan ini sebenarnya sangat baik untuk menjadikan proses pembelajaran yang disenangi siswa.Kegiatan yang diprogramkan dengan melibatkan penerapan konsep budaya dalam kesenian ,mengukur tinggi secara langsung ,mengukur lebar sungai ,mendata kecenderungan kejadian dan realitas yang ada pada lingkungan merupakan kegiatan yang sangat menarik dan bermakna pada siswa.
f. Televisi
Program pembelajaran yang disiarkan melalui televisi juga alternatif pembelajaran secara umum.
g. Film sebagai alat peraga
h. Gambar sebagai alat peraga
Dan masih bayak variasi peragaan yang belum disebutkan dalam pembahasan ini yang mungkin kita akan temukan lagi,

BAB III
PENUTUP
3.1.    KESIMPULAN
1. Berdasarkan paparan di atas  apersepsi memiliki kaitan yang erat di dalam proses pembelajaran. Apersepsi harus dilakukan oleh guru ketika ingin mengajarkan materi. Dengan adanya apersepsi maka dapat memberikan dasar awal siswa untuk mempelajari materi yang baru, dengan demikian maka apersepsi dapat memberikan kemudahan siswa dalam belajar. Proses belajar tidak dapat dipisahkan peristiwa-peristiwanya antara individu dengan lingkungan pengalaman murid, maka sebelum memulai pelajaran yang baru sebagai batu loncatan, guru hendaknya berusaha menghubungkan terlebih dahulu dengan bahan pelajarannya yang telah dikuasai oleh murid-murid berupa pengetahuan yang telah diketahui dari pelajaran yang lalu atau dari pengalaman.
2. peragaan adalah memberikan variasi dalam cara-cara guru mengajar dengan mewujudkan bahan yang diajarkan secara nyata baik dalam bentuk benda aslinya maupun tiruan sehingga murid-murid dapat mengamati dengan jelas dan pengajaran lebih tertuju untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Demikianlah azas azas didaktik yang harus dikuasai oleh guru dalam menyampaikan bahan pelajaran sehingga mudah dikuasai dan dimiliki murid.
Namun perlu diingat, penguasaan azas-azas didaktik belum merupakan suatu jaminan bahwa seseorang dengan sendirinya akan menjadi guru yang baik. Proses mengajar sangat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor antara lain: pribadi guru sendiri, suasana kelas, hubungan antar individu di sekolah, kebijaksanaan sosial ekonomi pemerintah, organisasi kurikulum dan lain sebagainya.
Sekalipun demikian seseorang hampir dapat dipastikan tidak akan menjadi guru yang baik tanpa mengindahkan azas-azas didaktik, itulah sebabnya didaktik perlu dipelajari dan dikuasai oleh setiap guru.





















DAFATAR  PUSTAKA
1.      kkginti3.blogspot.com,(azas-azas-didaktik), 02-2011.
2.      iwan-kps.blogspot.com











1 komentar: